PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI REDOKS DENGAN METODE ‘SOSIS’(Smartboard Optimalization, Sustainability Implementation and Singing)



PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI REDOKS DENGAN METODE ‘SOSIS’(Smartboard Optimalization, Sustainability Implementation and Singing)

META INDAH AGNESTIA, S.Pd.

SMAN 2 PADALARANG

 

 

A.    Pendahuluan

Sekolah kami, SMA Negeri 2 Padalarang mulai menerapkan Kurikulum Merdeka di awal tahun ajaran 2022/2023 pada level Mandiri Berbagi, sehingga guru harus mampu mengembangkan perangkat pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran dengan berbagai inovasi serta menginspirasi sekolah-sekolah lainnya. Pada tahun 2021, SMA Negeri 2 Padalarang memperoleh predikat sebagai Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional sehingga Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (GPBLHS) perlu diintegrasikan dalam setiap pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Permasalahan-permasalahan lingkungan di sekolah menuntut solusi-solusi yang kreatif dan merupakan ide untuk inovasi-inovasi kegiatan di sekolah baik pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu contoh permasalahan yang belum terpecahkan secara efektif yaitu sampah.

Beberapa waktu yang lalu terjadi kebakaran di TPA Sarimukti yang menyebabkan terhambatnya pengangkutan sampah yang terkumpul dari lingkungan masyarakat di wilayah Bandung Raya. Hal itu bahkan menyebabkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung Barat mengeluarkan Surat tentang Darurat Sampah dan menginstruksikan agar sekolah-sekolah di wilayah Bandung Barat melakukan pemilahan sampah serta pengolahan sampah secara mandiri. Keadaan Darurat Sampah ini pun dikuatkan kembali oleh Gubernur Jawa Barat yang menjabat saat itu, yaitu Bapak Ridwan Kamil. Kondisi tersebut menjadi isu terkini dan harus dikaitkan dalam pembelajaran agar peserta didik berpikir dan bertindak mencari solusi terhadap permasalahan tersebut.

Salah satu inovasi pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran kimia yaitu dengan menerapkan konsep-konsep Kimia Hijau dan Berkelanjutan dalam kegiatan praktikum. Pada tahun 1998, Paul Anastas bersama dengan John C. Warner mengembangkan 12 prinsip yang dikenal dengan Kimia Hijau (Green Chemistry). Prinsip-prinsip tersebut digulirkan untuk memecahkan berbagai permasalahan lingkungan akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan teknologi dalam proses kimia, serta dampaknya terhadap kehidupan manusia (Sharma et.al, 2019). Selanjutnya pada tahun 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkenalkan Tujuan Pembangunan yang Berkelanjutan atau United Nation Sustainability Development Goals (UN SDGs) untuk keberlangsungan kehidupan manusia di bumi berdasarkan 17 prinsip (Miller et.al, 2019).

Sebagai upaya mencapai prinsip Green Chemistry dan UN SDGs atau selanjutnya disebut dengan “Kimia Hijau dan Berkelanjutan” dalam pembelajaran kimia, maka diperlukan inovasi pembelajaran menggunakan berbagai pendekatan, metode, dan media yang sesuai. Pada pembelajaran materi Redoks kali ini, penulis menerapkan metode yang disebut “SOSIS” terdiri dari Smartboard Optimalization, Sustainability Implementation and Singing”. Inovasi pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik serta pemanfaatan teknologi (contohnya smartboard) terkait dengan permasalahan sampah (khususnya dalam proses pemilahan dan pengolahan sampah organik) yang selanjutnya menstimulus peserta didik untuk bertindak dalam kehidupannya agar tercapai keberlanjutan hidup sebagai satu-kesatuan yang utuh mulai dari aspek pendidikan, lingkungan hidup (tanah, air dll), sosial hingga perekonomian. 

Terdapat beberapa tantangan dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut antara lain:

1.     kesiapan peserta didik. Inovasi pembelajaran mengenai konsep Kimia Hijau dan Berkelanjutan merupakan hal baru dan mulai diperkenalkan pada Buku IPA Siswa Kurikulum Merdeka Fase E. Dengan demikian masih terdapat perbedaan konsep berpikir peserta didik yang awalnya kimia itu identik dengan bahan-bahan yang berbahaya serta umumnya mencemari lingkungan menjadi kimia hijau yang ramah lingkungan.

2.     peran aktif dan kolaborasi semua komponen sekolah. Konsep Kimia Hijau dan Berkelanjutan perlu disosialisasikan kepada seluruh guru mata pelajaran tidak hanya untuk guru-guru kimia serta manajemen sekolah. Hal itu karena konsep hidup berkelanjutan merupakan satu-kesatuan yang dipengaruhi berbagai aspek yaitu pendidikan, alam, sosial, ekonomi, hingga ranah spiritual bahwa bumi yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa perlu kita jaga sebagai perwujudan rasa syukur dan keimanan.

 

B.    Isi

Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian pendahuluan, latar belakang munculnya inovasi pembelajaran ini yaitu adanya isu tentang Darurat Sampah yang perlu segera diatasi serta hubungannya dengan Kimia Hijau dan Berkelanjutan. Oleh karena itu penulis melakukan inovasi pembelajaran kimia pada materi Redoks dengan Metode “SOSIS” dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.     Kegiatan Pendahuluan

Pada bagian ini penulis mengawali pembelajaran dengan mengecek kehadiran siswa serta mencatat hasil penilaian formatif (tugas) yang telah dikerjakan pada pertemuan sebelumnya.  Selanjutnya penulis menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mengaitkan pembelajaran kimia pada materi Redoks dengan pembangunan berkelanjutan yang diperkenalkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau dikenal sebagai UN SDGs. Sebelum memulai pembelajaran kimia pada tahap kegiatan inti, penulis melakukan tes diagnostik menggunakan mentimeter. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi awal peserta didik mengenai pelajaran kimia, saran dan harapan dalam pembelajaran kimia selanjutnya serta gaya belajar yang dimiliki peserta didik. Adapun hasil tes diagnostik dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Tes Diagnostik Menggunakan Mentimenter

   Berdasarkan hasil tes diagnostik tersebut, sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa kimia merupakan mata pelajaran yang susah serta pembelajaran kimia itu membuat pusing. Mereka berharap agar pembelajaran kimia bisa dilaksanakan dengan metode praktikum sehingga pembelajaran yang awalnya susah akhirnya bisa dimengerti dan menyenangkan. Pemahaman mereka tentang kaitan pelajaran kimia dengan kehidupan sehari-hari sekitar 73%, sehingga selanjutnya pembelajaran kimia harus sering terintegrasi dengan lingkungan sekitar. Jika pembelajaran kimia sering dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, maka peserta didik diharapkan lebih memahami bahwa kimia merupakan disiplin ilmu yang berasal dari fenomena yang terjadi di sekitar mereka serta kimia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan.


2. Kegiatan Inti

Pada bagian ini, penulis mengawali pembelajaran dengan mendiskusikan terlebih dahulu konsep Redoks yang dimiliki peserta didik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pembelajaran dikaitkan dengan isu terkini mengenai Darurat Sampah, pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah salah satunya adalah limbah baterai. Sampai saat ini belum ada sistem pengolahan limbah baterai yang efektif di Indonesia, sementara baterai merupakan sumber energi listrik yang paling banyak digunakan dalam peralatan sehari-hari mulai dari jam, mainan anak-anak hingga peralatan elektronik lainnya seperti smartphone dan laptop.

Peserta didik diarahkan untuk menemukan masalah yaitu bagaimana solusi untuk mengurangi limbah baterai serta kemungkinan memperoleh energi listrik terbarukan. Peserta didik kemudian mencari informasi dari berbagai sumber mengenai baterai, salah satunya melalui video animasi tentang proses reaksi kimia yang terjadi di dalam baterai. Selain itu penulis memfasilitasi sumber belajar mengenai reaksi Redoks melalui modul pembelajaran dan mendiskusikannya dengan peserta didik menggunakan smartboard. Penggunaan smartboard bertujuan agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang menantang dan menyenangkan serta memberikan kesempatan dalam memaksimalkan teknologi yang dimiliki oleh sekolah.


Gambar 2. Penggunaan Smartboard Dalam Pembelajaran

 Proses pembelajaran melalui video animasi dan penggunaan smartboard juga merupakan salah satu proses dalam memfasilitasi peserta didik dengan gaya belajar audio, visual, dan kinestetik. Pembelajaran selanjutnya yaitu penyelidikan mengenai konsep reaksi Redoks dan kaitannya dengan Kimia Hijau dan Berkelanjutan melalui praktikum Redoks menggunakan limbah organik dari kulit buah-buahan ataupun berbagai jenis buah dan umbi-umbian seperti jeruk, tomat, kentang dll. Hasil dari praktikum tersebut menunjukkan bahwa energi listrik dapat dihasilkan dari pemanfaatan berbagai jenis buah dan umbi-umbian serta memunculkan ide baru tentang adanya sumber energi terbarukan yang berasal dari bahan-bahan alami. Selanjutnya ide ini dapat dikembangkan lebih baik lagi untuk pengolahan limbah organik yang berasal dari kulit buah-buahan sehingga mampu menjadi solusi dalam permasalahan sampah.


Gambar 3. Praktikum Sel Volta Buah-Buahan

 3. Penutup (Tes Formatif, Refleksi, dan Tindak Lanjut)

Peserta didik secara berkelompok menampilkan lagu mengenai konsep reaksi Redoks (deret Volta) sebagai performance test. Setiap kelompok bebas mengekspresikan lagu dengan berbagai genre antara lain pop, dangdut, lagu anak-anak maupun lagu barat. Pada tahapan ini terlihat bahwa peserta didik sangat antusias dan senang. Mereka berani untuk tampil, walaupun terlihat belum menguasai lirik yang berupa konsep reaksi Redoks. Penampilan yang ditunjukkan secara berkelompok mampu meningkatkan rasa kepercayaan diri peserta didik dan bahkan berani berjoged serta membuat suasana kelas semakin ramai dan menyenangkan. Walaupun pada awalnya peserta didik masih terlihat malu-malu, namun performance test secara berkelompok ini mampu meningkatkan soft skill peserta didik antara lain dalam berkolaborasi, berkomunikasi, dan berekspresi. 

Gambar 4. Performance Test

Selanjutnya refleksi pembelajaran dilakukan untuk memperoleh umpan balik serta mengembangkan rencana tindak lanjut untuk pembelajaran berikutnya. Sebagian besar tanggapan siswa sangat positif terhadap inovasi pembelajaran kimia yang dilakukan. Peserta didik berpendapat bahwa pembelajaran Kimia Hijau dan Berkelanjutan penting dilakukan untuk memberikan pemahaman dan mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan secara global. Praktikum yang dilakukan memberikan ide dalam mengeksplorasi bahan-bahan alami dan limbah organik untuk mengembangkan sumber energi listrik terbarukan. Mereka juga merasa senang belajar kimia melalui lagu dan meningkatkan penguasaan terhadap konsep-konsep kimia melalui pengalaman penggunaan smartboard.

 

C.    Penutup

Konsep tentang Kimia Hijau dan Berkelanjutan merupakan hal baru dalam pendidikan di Indonesia terutama pada Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi guru untuk mempersiapkan berbagai sumber belajar dan mengembangkan pendekatan, model, metode atau media yang sesuai dalam pembelajaran. Pada umumnya peserta didik baru mengenal konsep ini dan belum siap untuk memahaminya secara cepat. Oleh karena itu pada kondisi ini, penulis secara bertahap dan konsisten mendekatkan konsep Kimia Hijau dan Berkelanjutan kepada peserta didik antara lain melalui praktikum yang ramah lingkungan serta membuka kesempatan yang seluas-luasnya melalui pemanfaatan teknologi (contohnya smartboard) untuk mengeksplorasi berbagai sumber dan berdiskusi.

Inovasi pembelajaran ini sebaiknya diterapkan juga pada mata pelajaran lainnya serta dapat dijadikan sebagai program sekolah atau proyek kolaborasi dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) karena bersifat aplikatif dan erat hubungannya dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Predikat sebagai Sekolah Adiwiyata sebaiknya bukan hanya dipandang sebatas prestasi yang pernah dicapai namun harus menjadi dasar berpikir dan bertindak untuk keberlangsungan hidup selanjutnya yang lebih baik lagi. Pada kondisi ini, penulis secara aktif mengkomunikasikan inovasi pembelajaran yang dilakukan serta bersama-sama dengan berbagai komponen sekolah lainnya membangun kerja sama dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan tersebut.

Pola pikir mengenai perkembangan kehidupan yang berkelanjutan yang diperkenalkan oleh PBB dalam Sustainability Development Goals (SDGs) sangat diperlukan untuk kondisi saat ini. Hal itu karena keberlangsungan hidup di bumi untuk generasi mendatang perlu dipersiapkan mulai saat ini. Pola pikir terhadap permasalahan-permasalahan lingkungan harus segera diubah menjadi pemanfaatan yang bertanggung jawab dan berorientasi jangka panjang, bukan sebatas pada konsumtif dan jangka pendek. Selain itu pandangan terhadap permasalahan lingkungan tidak lagi sebatas lingkungan alam namun sudah harus berkembang sebagai lingkungan global sebagai satu-kesatuan antar komponen alam, manusia serta hubungannya baik secara sosial, ekonomi, bahkan secara vertikal terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.  

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Miller, J. L., Wentzel, M. T., Clark, J. H., & Hurst, G. A. (2019). Green machine: A card game introducing students to systems thinking in green chemistry by strategizing the creation of a recycling plant. Journal of chemical education96(12), 3006-3013.

 

Sharma, R. K., Yadav, S., Gupta, R., & Arora, G. (2019). Synthesis of magnetic nanoparticles using potato extract for dye degradation: A green chemistry experiment. Journal of Chemical Education96(12), 3038-3044.

 

Priambodo, Bagus. (2022). Mengenal Kembali Opsi Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi dalam Kurikulum Merdeka. [Tersedia Online] https://bbpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/mengenal-kembali-opsi-mandiri-belajar-berubah-berbagi-di-kurikulum-merdeka diakses pada 8 Oktober 2023

 

 


Komentar

  1. keysa nurul azmi (XI-6)
    kelas : kimia 1

    BalasHapus
  2. novia cahyani (XI-1)
    kelas: kimia 1

    BalasHapus
  3. Gilar Ahmad (XI-11)
    Kelas: kimia 1

    BalasHapus
  4. anggitha shera apriliyani (11-9)

    BalasHapus
  5. Dea Army Sabila (XI-6)
    Kelas : kimia 1

    BalasHapus

Posting Komentar

mangga diantos komentarna...

Postingan populer dari blog ini

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Prakarya & Kewirausahaan (PKWU) Bidang Pengolahan KD 3.1.

SOAL AKM REDOKS_ELEKTROKIMIA_ELEKTROLISIS_Korosi KIMIA KELAS XII