Asesmen Kompetensi Minimum di Masa Pandemi Covid-19

Bagaimanakah proses pembelajaran di masa pandemi covid-19 ini mampu membangun penilaian AKM?

Oleh : Meta AgnesTia

 

                Salah satu program yang digulirkan Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim dalam kebijakan “Merdeka Belajar” yaitu mengganti UN menjadi AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) dan Survey Karakter. Hal itu betujuan untuk meningkatkan kualitas SDM bangsa Indonesia agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya secara praktis dan tepat, bukan hanya sekedar kemampuan teoritis. Contohnya dalam pembelajaran kimia, siswa mempelajari tentang polimer. Mereka mengetahui bahwa plastik merupakan salah satu contoh polimer. Mereka mengetahui jenis-jenis plastik dan sifatnya terhadap panas (termoset/termoplas), namun apakah mereka sudah mampu memilih jenis plastik yang aman untuk dijadikan wadah bekal makanan/jajanan dari kantin? Hal itulah yang saat ini berusaha dibangun melalui pendidikan dengan membiasakan siswa berlatih soal-soal untuk AKM. 

                Dalam https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/merdeka-belajar, 18 Februari 2020 dipaparkan :

Asesmen dimaksudkan untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk bernalar menggunakan bahasa dan literasi, kemampuan bernalar menggunakan matematika atau numerasi, dan penguatan pendidikan karakter. Adapun untuk teknis pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan di tengah jenjang sekolah. Misalnya di kelas 4, 8, 11, dengan maksud dapat mendorong guru dan sekolah untuk memetakan kondisi pembelajaran, serta mengevaluasi sehingga dapat  memperbaiki mutu pembelajaran.  Dengan kata lain, agar bisa diperbaiki kalau ada hal yang belum tercapai. Sebagai catatan hasil ujian ini tidak digunakan  sebagai tolok ukur seleksi siswa ke jenjang berikutnya. Adapun untuk standarisasi ujian, arah kebijakan ini telah mengacu pada level internasional, mengikuti  tolok ukur penilain yang termuat dalam Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), tetapi penuh dengan kearifan lokal. Untuk kompetensi PISA lebih difokuskan pada penilaian kemampuan membaca, matematika, dan sains, yang diberlakukan pada negara-negara yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), sedangkan untuk kompetensi TIMSS lebih menekankan pada penilaian kemampuan  matematika, dan sains, sebagai indikator kualitas pendidikan, yang tergabung dalam wadah International Association for the Evaluation of Educational Achievement, berpusat di Boston, Amerika Serikat.

 

                Setelah mengikuti pelatihan DIDAMBA PPPPTK IPA Angkatan 3 tentang Analisis dan Penyusunan Soal Pilihan Ganda Berbasis Kompetensi Ilmiah, maka saya pun mencoba menerapkannya dalam pembelajaran kimia dan fisika kelas XII. Kisi-kisi soalnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Pada soal nomor 1 materi sifat koligatif pada pelajaran kimia, siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan atau rumusan masalah yang selanjutnya akan diselidiki secara ilmiah. Jawaban yang tepat yaitu option A. Adapun option yang lain merupakan pengecoh bagi siswa. Video yang ditayangkan merupakan stimulus bagi siswa agar mampu mengevaluasi dan merancang suatu penyelidikan ilmiah. Setelah menonton video tersebut, siswa tidak perlu melakukan penyelidikan untuk mengetahui sifat kimia dari perubahan minuman menjadi es yang dibuat tanpa kulkas. Hal itu karena proses tersebut merupakan perubahan fisika (sifat fisika) bukan suatu reaksi kimia. Jika siswa ingin membuat minuman coklat/jus buah tanpa kulkas, maka hal itu dapat dilakukan dengan melakukan prosedur yang sama seperti ditunjukkan pada video (tidak memerlukan penyelidikan ilmiah). Pada option D dan E bukan pilihan pertanyaan yang tepat untuk diselidiki karena bukan merupakan pusat perhatian sebagaimana ditunjukkan dalam video. Berdasarkan respons siswa sebanyak 64 orang,  diperoleh presentase siswa yang menjawab benar yaitu 75%. Hasil tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

 

                Selain siswa harus memilih jawaban yang benar, saya pun meminta mereka untuk menuliskan alasannya. Setelah dianalisis, dari 75% siswa yang menjawab benar ternyata hanya 50% yang memberikan alasan tepat atau berhubungan dengan jawaban tersebut. Hal tersebut memperlihatkan adanya kendala yang dialami siswa dalam mengkomunikasikan pendapatnya/alasannya. Oleh karena itu diperlukan pembiasaan untuk melatih siswa dalam membangun penyelidikan ilmiah dan mengkomunikasikannya secara tepat.

                Pada soal nomor 2 materi listrik searah (DC) pada mata pelajaran fisika, siswa dituntut untuk mampu membuat suatu rangkaian listrik searah dengan nilai hambatan total = 26,67 ohm. Video yang diperlihatkan merupakan stimulus agar siswa dapat mengenali dan menjelaskan fenomena tentang listrik searah. Saya memberikan bentuk soal essay pada siswa dengan tujuan ingin melakukan proses pembelajaran dengan metode praktikum secara daring (virtual lab). Selain itu saya pun ingin mendapatkan penilaian pada aspek keterampilan (psikomotor) melalui penggunaan virtual lab tersebut. Banyak siswa yang merasa kesulitan dan mengeluh “tidak mengerti” dengan tugas yang saya berikan, namun ada seorang siswa yang cepat mengumpulkan tugas tersebut dengan jawaban yang tepat. Dari 23 orang yang mengumpulkan tugas tersebut, hanya 5 orang yang mampu menyusun rangkaian secara benar, yaitu seperti jawaban soal bentuk PG pada option D. 

Rangkaian yang disusun pada option D merupakan rangkaian resistor (hambatan) campuran. Cara menghitung hambatan totalnya dimulai dari bagian paling kanan yaitu dengan menghitung hambatan total secara seri, sehingga diperoleh nilai R = 20 ohm. Selanjutnya digabung secara paralel dengan sebuah resistor dengan perhitungan :

Hasil tersebut lalu digabungkan secara seri dengan 2 resistor lainnya yang berada di dekap baterai dengan perhitungan :

 

                Pada masa pandemi covid-19 ini memang guru, siswa, dan orang tua harus melakukan pembelajaran secara daring. Oleh karena itu diperlukan variasi pembelajaran yang mampu memotivasi siswa sehingga tertarik untuk belajar dan tidak merasa bosan. Semoga dengan mengenalkan penyelidikan ilmiah dan penggunaan virtual lab tersebut, siswa memperoleh pengalaman yang menyenangkan dalam pembelajaran kimia dan fisika. Selain itu proses pembelajaran ini juga sebagai langkah awal dalam mengenalkan siswa pada soal-soal untuk AKM. Jika pada awalnya siswa merasa kesulitan dalam proses tersebut, hendaknya guru terus memberikan motivasi dan pendampingan, sehingga siswa terbiasa dan mampu mengikuti proses pembelajaran.

 

SEMOGA KITA SEMUA SELALU SEHAT & TETAP SEMANGAT!!! 😊




Komentar

Posting Komentar

mangga diantos komentarna...

Postingan populer dari blog ini

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Prakarya & Kewirausahaan (PKWU) Bidang Pengolahan KD 3.1.

SOAL AKM REDOKS_ELEKTROKIMIA_ELEKTROLISIS_Korosi KIMIA KELAS XII

PEMBAHASAN CONTOH SOAL PISA IPA untuk PEMBELAJARAN PROSES INDUSTRI KIMIA (PIK) Kelas XI