Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2008

MENGHITUNG KECEPATAN CAHAYA DENGAN COKLAT

Bisakah? KECEPATAN cahaya dapat diketahui dengan menggunakan microwave (oven) dan coklat .Oven microwave menggunakan Gelombang elektromagnetik yang terdiri dari medan listrik dan medan magnet. Gelombang yang digunakan termasuk gelombang mikro yang mempunyai panjang gelombang antara 25 mikrometer – 1 mm. Gelombang ini dibangkitkan oleh tabung elektron khusus seperti magnetron. Biasanya tabung elektron tersebut dilengkapi dengan pengatur frekuensi baik berupa resonator, oscillator atau perangkat sejenis. Ketika gelombang elektromagnetik pada microwave mengenai makanan, molekul-molekul pada makanan akan bergetar dan akan menghasilkan panas. Gelombang elektromagnetik pada oven microwave akan dipantulkan oleh dinding oven sehingga akan terbentuk gelombang berdiri. Gelombang berdiri tersebut terdiri dari simpul dan perut. Jika sebatang coklat dimasak pada oven microwave maka bagian yang terkena perut gelombang akan panas dan meleleh sedangkan yang terkena simpul gelombang akan tetap dingi

Air Bisa Mengalir ke Atas

Hukum Fisika menyebutkan bahwa salah satu sifat air adalah mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah karena ada gravitasi Bumi. Namun, ternyata tak selama demikian karena air juga dapat mengalir ke atas. Dengan bantuan pompa tentu saja bisa karena diberi tekanan yang lebih besar daripada gaya tarik Bumi. Namun, secara matematis ternyata tanpa bantuan tekanan tinggi pun air dapat mengalir ke atas. Perhatikan saja tetes-tetes air yang menempel di permukaan kaca luar jendela saat hujan. Butiran-butiran kecil tetap bertahan di tempat bukan? Sementara butiran yang menyatu sehingga menjadi besar mengalir ke bawah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya tegangan permukaan kaca dengan tetesan air. Jika gaya yang dihasilkan seimbang dengan gaya gravitasi Bumi, tetesan air tidak jatuh. sedangkan pada tetesan air yang besar, gaya yang dihasilkan tegangan permukaan tak cukup kuat menahan beratnya sehingga mengalir turun. Tidak hanya itu, tetesan air secara teori juga

Hidung Sonar Kelelawar

Cuping hidung seekor kelelawar mampu memancarkan sonar dalam berbagai cara, tergantung frekuensinya. Rolf Muller, peneliti fisika komputasi di Shandong University di Jinan, Cina, telah menyisir gua-gua di Asia Tenggara untuk menyelidiki bagaimana hal itu terjadi. "Kami mencari spesies berbeda untuk memahami seluk beluk fisik mereka," kata Muller. Menurut model Muller, hidung kelelawar bekerja seperti antena, dan telinga mereka menjadi cakram penangkap suara. Tak hanya pakar biofisika yang tertarik untuk mengetahui bagaimana binatang itu bisa mengembangkan sistem rumit, ahli robotik juga terpukau pada kemampuan kelelawar. Mereka mencoba mencari cara navigasi baru dalam situasi yang tidak memungkinkan sensor cahaya bekerja, termasuk saat malam atau di bawah air. Beberapa studi biofisika mengungkap, bila cuping hidung kelelawar dibengkokkan ke belakang, maka navigasinya terganggu. Begitu pula bila struktur kompleks yang mengelilingi lubang hidung itu diolesi petroleum jelly. Mul