Blended Learning

 Blended Learning 

Meta Indah Agnestia

        
        Saya bersyukur sekali karena di awal tahun ajaran 2020 -2021 ini, saya berkesempatan menimba ilmu tentang salah satu model pembelajaran inovatif yaitu Blended Learning. Selanjutnya pemaparan lebih lengkap mengenai pembelajaran Blended Learning saya ambil dari Modul PEMBELAJARAN INOVATIF oleh Dr. Ali Muhtadi, M.Pd. 


a. Pengertian Pembelajaran Blended Learning 
Secara ketatabahasaan istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu, blended dan learning. Blended atau berasal dari kata blend yang berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford English INTI 111 Dictionary), sedangkan learning berasal dari learn yang artinya “belajar”. Sehingga secara sepintas istilah blended learning dapat diartikan sebagai campuran atau kombinasi dari pola pembelajaran satu dengan yang lainnya. Staker & Horn (2012) mendefinisikan blended learning sebagai pembelajaran yang mengkombinasikan antara pembelajaran online dengan pembelajaran konvensional (tatap muka). Pada pembelajaran model ini, peserta didik difasilitasi untuk dapat belajar dan mengulang materi secara mandiri untuk satu bagian sesi menggunakan bahan dan sumber belajar online dan satu bagian sesi lainnya dilakukan secara tatap muka di dalam ruangan kelas. Pembelajaran blended learning tidak hanya sekedar mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran di kelas. Namun dalam pembelajaran blended learning keberadaan teknologi lebih difokuskan untuk memfasilitasi peserta didik dalam mengeskplorasi materi bahan ajar dan mendapatkan pengalaman belajar secara mandiri. Dalam model pembelajaran ini, sesi online dan sesi tatap muka berjalan saling melengkapi dan berkesinambungan. Artinya, pada sesi pembelajaran online membahas materi dan kegiatan pembelajaran pada sesi tatap muka, begitu juga sebaliknya

b. Karakteristik pembelajaran ‘Blended Learning’ 
Pembelajaran blended learning memiliki beberapa karakteristik. Beberapa karakteristik pembelajaran blended learning tersebut merujuk pada Prayitno, (2015), diantaranya adalah sebagai berikut: 
  1. Model blended learning menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, dan menggunakan berbagai media berbasis teknologi. 
  2. Model pembelajaran blended learning merupakan kombinasi dari pola pembelajaran langsung (tatap muka), belajar mandiri, dan pembelajaran menggunakan sistem online
  3. Guru dan orangtua memiliki peran yang sama penting, dimana guru berperan sebagai fasilitator dan orangtua berperan sebagai pendukung.
c. Model-model pembelajaran ‘Blended Learning’ 
Ada banyak model yang dapat digunakan guru untuk mengaplikasikan aktifitas pembelajaran online dan tatap muka dalam pembelajaran blended learning. Clayton Christensen Institute telah mengindentifikasi beberapa model yang cukup 114 sering digunakan dalam menyusun pembelajaran ‘blended learning’ . Beberapa model blended learning tersebut dapat diilustrasikan pada bagan berikut: 

Masing-masing model pembelajaran blended learning di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 
1) Model Rotasi (Rotation Model) 
Pada model kelas ini peserta didik akan diatur untuk bergantian menempati pos-pos kegiatan pembelajaran yang telah disediakan. Misalnya akan ada pos untuk kegiatan diskusi, mengerjakan proyek, tutorial secara individual, dan mengerjakan tugas atau latihan. Berikut beberapa model kelas yang termasuk pada kategori model rotasi (rotation model): 
(a) Model Kelas Station Rotation 
    Sesuai dengan namanya, dalam model pembelajaran ini terdapat beberapa tempat atau perhentian (station) dimana peserta didik dapat menempatinya secara bergiliran sesuai dengan kesepakatan atau arahan dari guru. Pada salah satu perhentian (station), peserta didik dan guru dapat saling berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui oleh peserta didik. Model pembelajaran ini sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar.
    Pada pembelajaran blended learning, ada satu perhentian (station) dimana peserta didik belajar dan memanfaatkan teknologi untuk mempelajari bahan diskusi dalam kelas sebelum berkumpul dan berdiskusi dengan guru dalam perhentian (station) lainnya. Selain itu, tempat atau perhentian (station) juga dapat digunakan oleh peserta didik untuk berdiskusi atau bekerja menyelesaikan proyek yang ditugaskan guru. Model kelas station rotation ini sering digunakan dalam pembelajaran blended learning pada sekolah yang peserta didiknya tidak banyak yang mempunyai perangkat seperti tablet dan laptop. 
    Agar model kelas station rotation menjadi efektif maka sebaiknya kelas model ini diterapkan untuk peserta didik yang dapat belajar secara mandiri. Hal ini dikarenakan guru hanya akan terfokus pada satu kelompok peserta didik yang sedang berada dalam perhentian (station) tertentu. Namun alternatif lain yang juga dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan adanya fasilitator lain yang membantu guru dalam mengawasi peserta didik yang berkegiatan di perhentian (station) lainnya. Selain itu, guru dan peserta didik juga dapat membuat kesepakatan di awal pembelajaran, dimana masing-masing peserta didik harus saling membantu ketika berkegiatan di setiap perhentian (station). Sehingga guru dapat fokus memfasilitasi diskusi pada satu perhentian (station).

(b). Model Kelas Lab/Whole Group Rotation 
    Berbeda dengan model kelas station rotation dimana perpindahan/perputaran yang dilakukan peserta didik masih berada dalam satu ruangan yang sama, pada model kelas lab/whole group rotation, peserta didik akan diatur untuk berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Salah satu ruangan digunakan untuk sesi pembelajaran secara online sedangkan ruangan yang lain digunakan untuk kegiatan yang lainnya. Pada model kelas ini, peran guru tidak hanya terbatas hanya pada satu kelompok kecil dalam satu perhentian (station). Namun disini, guru berperan untuk memfasilitasi dan membantu peserta didik secara individual saat belajar menggunakan perangkat elektronik.

(c). Model Kelas Flipped (Flipped Clasroom)
    Biasanya, dalam suatu pembelajaran yang konvensional, peserta didik mempelajari suatu materi dalam kelas. Kemudian peserta didik akan mendapatkan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut untuk dikerjakan setelah jam pelajaran selesai. Namun, yang sering terjadi adalah peserta didik sering mengalami kebingungan karena tidak tersedianya sumber dan bahan ajar yang dapat membantu mereka menyelesaikan tugas rumahnya. Model pembelajaran flipped classroom membalik siklus yang biasanya terjadi. Sebelum peserta didik memulai kelas, mereka akan mendapatkan pengajaran secara langsung melalui video secara online. Sehingga ketika kelas dimulai, peserta didik dapat mulai mengerjakan dan 118 menyelesaikan tugasnya serta dapat meminta bantuan melalui kegiatan diskusi dikelas. 


(d). Model Rotasi Individu (Individual Rotation) 
    Pada model ini, siswa mendapatkan jadwal yang telah disesuaikan dengan masing-masing individual untuk dapat belajar secara mandiri. Jadwal ini dapat diatur baik oleh guru maupun diatur secara online. Model rotasi individu berbeda dengan model rotasi yang lainnya karena peserta didik tidak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. 


2). Model Kelas Flex
       Pada model kelas flex, sebagian besar pembelajaran dilakukan secara online sehingga pembelajaran bersifat sangat fleksibel. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kecepatan belajar masing- 120 masing. Pada model kelas ini, guru dapat berperan sebagai fasilitator melalui sesi diskusi, pengerjaan proyek dalam kelompok, maupun tutoring secara individu. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran berdasarkan hasil pantauan aktifitas pembelajaran online yang telah dilaksanakan. Model kelas flex memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang. Terdapat pula fasilitas bagi peserta didik untuk dapat berdiskusi langsung dengan guru secara online ketika menemui permasalahan dalam pembelajaran. Kunci dari model kelas flex adalah guru dapat memfasilitasi pembelajaran yang sangat fleksibel bagi peserta didik namun tetap ada interaksi yang bermakna antar peserta didik dan guru selama kegiatan pembelajaran.


3). Model Self-Blend 
      Pada model ini, peserta didik dapat mengambil satu atau lebih kegiatan pembelajaran online sebagai tambahan dari kegiatan pembelajaran tatap muka yang telah dilakukan.


4). Model Enriched-Virtual
      Pada model kelas ini program pembelajaran dibagi menjadi dua sesi, yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran secara online. Pada awalnya model kelas enriched-virtual sepenuhnya adalah model kelas online. Namun pada perkembangannya ditambahkan model blended learning untuk memfasilitasi peserta didik melalui pembelajaran tatap muka. Model enriched-virtual berbeda dengan model flipped karena pembelajaran tatap muka dalam model enriched-virtual tidak dilakukan setiap hari. Model kelas ini juga berbeda dengan model Self-Blend karena pembelajaran yang ditawarkan adalah kegiatan pembelajaran secara utuh, bukan berupa materi secara khusus.


Identifikasi terkait ragam model “blended learning” yang memungkinkan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah Anda. 

a. Model Flipped Classroom Model flipped classroom sangat mungkin diterapkan dalam pembelajaran di SMAN 2 Padalarang, karena sebagian besar siswa SMAN 2 Padalarang sudah memiliki perangkat smartphone dan bagi siswa yang belum memiliki perangkat smartphone, sekolah menyediakan smartphone yang dapat dipinjam oleh siswa untuk aktifitas belajar online. Selain itu semenjak adanya program Pembelajaran Jarak Jauh di tahun 2014 (SMA Terbuka 2 Padalarang), kami telah menerapkan blended learning dengan penggunaan LMS (Learning Management System). Selnjutnya proses penguatan pembelajaran dilakukan seminggu sekali melalui kegiatan tatap muka di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) yang telah ditentukan. 
b. Model Kelas Flex Sejak terjadi pandemi di bulan Februari tahun ini, SMAN 2 Padalarang menyelenggarakan pembelajaran online secara penuh. Jika ada yang siswa yang kesulitan memahami materi pembelajaran maka siswa dapat bertemu langsung dengan guru untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Dengan demikian SMAN 2 Padalarang sudah melaksanakan model kelas flex karena lebih banyak menyelenggarakan pembelajaran online dan guru sudah berperan sebagai fasilitator. 
c. Model Self-Blend Model ini dapat diterapkan untuk memberikan materi pengayaan untuk siswa. Mulai tahun ajaran 2020 -2021 ini, bimbingan untuk Kompetensi Sains Nasional (KSN) bagi siswa-siswi perwakilan SMAN 2 Padalarang juga dilakukan dengan model ini. Siswa mengikuti bimbingan sesuai dengan mata pelajaran yang dipilih (bidang KSN) secara online. 

Contoh RPP Inspiratif





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Prakarya & Kewirausahaan (PKWU) Bidang Pengolahan KD 3.1.

SOAL AKM REDOKS_ELEKTROKIMIA_ELEKTROLISIS_Korosi KIMIA KELAS XII

PEMBAHASAN CONTOH SOAL PISA IPA untuk PEMBELAJARAN PROSES INDUSTRI KIMIA (PIK) Kelas XI